IBTILA' (Sebuah Ujian)

Diposting oleh AAS | 19.27 | | 0 komentar »

Pertama : Kandungan Makna Istilah
A. Arti Bahasa dan Istilah :
Ikhtibar (Penyelidikan) dan imtihan (Pecobaan). Ujian ada di dalam kebaikan dan keburukan, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman :

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan(yang ssebenar-benarnya). (QS. 21:35)
Abu Al Haitsam berkata : ujian dapat menjadi kebaikan dan dapat pula menjadi keburukan. Asalnya adalah mihnah (cobaan). Allah `Azza wa Jalla menguji hambaNya dengan sikap yang indah, agar diselidiki rasa syukurnya serta diuji dengan bencana yang tidak disukainya, agar diselidiki kesabarannya.
B. Kata Sinonim dan Hubungannya.
Fitnah :
Yang memiliki makna Ikhtibar (Penyelidikan) dan imtihan (Pecobaan), sebagaimana diapun memiliki makna-makna lainnya seperti idhlal (penyesatan) dalam firman Allah  :
فَإِنَّكُمْ وَمَاتَعْبُدُونَ {161} مَآأَنتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ {162} إِلاَّ مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ
Maka sesungguhnya kamu dan apa-apa yang kamu sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala. (QS. 37:161-163)
Mihnah :

Tashfiyah (Pemurnian) dan tahdzib (pendidikan). Sebagaimana Allah Ta`ala berfirman ;
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ امْتَحَنَ اللهُ قُلُوبَهُمْ
mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah (QS. 49:3)
Abu Ubaidah berkata : “dimurnikan dan dididiknya”.
Juga memiliki makna ikhtibar (penyelidikan), sebagaimana dalam firman Allah Ta`ala ;
إِذَا جَآءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ
apabila datang berhijrah kepada kalian perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kalian selidiki (keimanan) mereka. (QS. 60:10)
Yaitu اختبروهن (selidikilah mereka).
C. Khulashah (Kesimpulan).
Sesungguhnya kata Ibtila`, mihnah dan fitnah memiliki kesamaan makna yaitu Imtihan dan Ikhtibar, dimana sebagian kata terkadang mengandung beberapa makna yang tidak terkandung dalam kata yang lain.
Kedua : Tujuan : Materi ini bertujuan :
1. Mengenal hakekat makna ibtila` yang merupakan sunnah (aturan Allah) yang telah berlalu kepada orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir.
2. Mempersiapkan jiwa untuk menghadapi berbagai rintangan yang akan menghadang di jalan dakwah.
3. Menjelaskan berbagai sebab ketegaran di saat ujian.
4. Menyebutkan hokum-hukum ujian serta buah yang dapat dipetik dalam membenahi perjalanan dakwah dan diri pribadi.
5. Mempelajari berbagai contoh tentang gambaran ujian di masa lalu dan masa kini.
Ketiga : Unsur-unsur Bahasan
1. Makna Ibtila`
2. Urgensi Bahasan (Sebab-sebab dan uraian pembahasan)
3. Ibtila` adalah sunnah kauniyah (hokum Allah di alam semesta).
4. Macam-macam Ibtila`

a. Ibtila` keburukan dan ibtila` kebaikan.
b. Ibtila` dakwah dan ibtila` pribadi.
5. Hukum dan Buah Ibtila`
6. Unsur-unsur Ketegaraan saat Ujian
7. Contoh-contoh Ujian (Menunjukkan sumber-sumber saja)
Keempat : Pokok Bahasan
1. Makna Ibtila sebagaimana yang sudah kita jelaskan sebelumnya.
2. Urgensi Bahasan. : Materi ibtila` memiliki urgensi yang sangat tinggi dikarenakan :
2-1 : Mempersiapkan dan memperkokoh diri serta menentramkan dan menancapkan qalbu guna menghadapi rintangan-rintangan dan halangan-halangan serta kesulitan dan kepahitan yang ditemui di medan dakwah. Suatu jalan yang menghantarkan pelakunya ke dalam jannah.
Rasulullah  bersabda :
حُجِبَتِ اْلجَنَّةُ بِاْلمَكاَرِهِ وَ حُجِبَتِ النَّارُ بَالشَّهْوَاتِ
“Jannah itu diliputi oleh kepahitan dan nar itu diliputi oleh kesenangan”.

Di dalam riwayat Muslim : (حفت) sebagai ganti kata حجبت
2-2 : Mengobati jiwa yang sedang mengeluh tertundanya kemenangan, jiwa yang sedang goncang menanggung pahitnya kesabaran serta beratnya ujian dan dahsyatnya permainan musuh.
Abu Abdullah Khobab bil Al Arat  berkata : Saat Rasulullah  sedang berbaring beralaskan bantal dari burdah di dalam naungan Ka`bah, kami mengeluh kepada beliau, kami katakan :
“Cobalah minta pertolongan untuk kami, cobalah berdo`a untuk kami!”.
Beliau Rasulullah  bersabda :
“Sesungguhnya telah ada di antara orang-orang sebelum kalian seseorang yang ditangkap, digalikan lobang untuknya dan dimasukkan dia ke dalamnya. Kemudian, diambilkan satu buah gergaji besar yang diletakkan untuk membelah kepalanya menjadi dua serta dicincang dengan pisau besi yang menyayat-nyayat daging dan tulangnya untuk memalingkan dia dari agamanya. Demi Allah, Sesungguhnya Dia akan menyempurnakan agama ini, sampai-sampai seorang perantau melakukan perjalanan dari Shan`a ke Hadramaut tanpa merasa takut kepada siapapun kecuali Allah, padahal serigala ada di atas kambingnya. Akan tetapi, kalian terlalu tergesa-gesa”.
Di dalam satu riwayat :
“Saat beliau sedangan beralaskan burdah, dan kami mendapatkan siksaan kaum musyrikin”.
2-3 : Meluruskan jalan dan meningkatkan jiwa menuju yang lebih sempurna di sela-sela pembahasan tentang tujuan dan hasil-hasil ibtila` serta dapat meraih faedah mengenal berbagai kesalahan yang harus dijauhkan. Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah `Azza wa Jalla banyak menceritakan tentang ujian-ujian yang dialami oleh generasi pendahulu kaum muslimin, kemudian menjelaskan berbagai kesalahan yang menimpa para pelakunya serta mendorong mereka untuk tidak mengulanginya.
يَعِظُكُمُ اللهُ أَن تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Allah memperingatkan kalian agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kalian orang-orang yang beriman, (QS. 24:17)
2-4 : Mengetahui sunnah ilahiyyah dalam kehidupan, mengenal hikmah dan rahasia yang terkandung di dalamnya. Di antara sunnah yang pertama adalah suuah ibtila` (sunnah ujian), sebuah sunnah tanpa pengecualian untuk orang berbakti atau orang fajir, baik mukmin ataupun kafir.
قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِكُمْ سُنَنُُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Sesungguhnya telah berlalu sebelum kalian sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. 3:137)
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya.. (QS. 67:2)
Pemahaman tentang sunnah-sunnah tersebut – terutama sunnah ibtila` -, mengetahui keonsekwensi logis dan tanggung jawabnya serta akibat-akibatnya memiliki urgensi yang cukup besar.
3. Ibtila` adalah sunnah kauniyyah (sunnatulah di alam semesta).
Sesungguhnya orang yang mau meneliti ayat-ayat Allah dan sunnah Rasulullah , dapat mengetahui secara yakin bahwa ibtila` adalah sunnah dalam dakwah yang tidak mungkin ditolak, bahkan terjadi untuk seluruh manusia tanpa kecuali.
ا- لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرً
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta kalian dan diri-diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.. (QS. 3:186)
ب- وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (QS. 2:155)
Pasti terjadi ibtila` terhadap harta, jiwa, anak atau keluarga, bahkan lebih nyata dan lebih kuat terjadi bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana Nabi  menginformasikan hal tersebut dengan sabdanya :
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اَلأَنْبِيَاءُ (ثُمَّ الصَّالِحُوْنَ) ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صُلْبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةً اُبْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ وَ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi (kemudian orang-orang sholih) kemudian yang lebih setingkat demi setingkat. Seseorang diuji menurut kadar agamanya, semakin kuat dalam agamanya semakin berat ujiannya. Semakin lemah agamanya, maka diapun diuji sesuai dengan kadar agamanya. Ujian akan terus melekat kepada seorang hamba, sampai dibiarkannya dia berjalan di permukaan bumi dalam keadaan tidak memiliki kesalahan”.
جـ - أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ لاَيُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. 29:2)
Saat mentafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “istifham inkar (bentuk pertanyaan yang memiliki makna pengingkaran). Artinya Allah  pasti menguji hamba-hambaNya yang beriman sesuai iman yang ada pada diri mereka”.
Tentang tafsir ayat yang sama Sayyid Quthb rahimahullah berkata : “Iman bukan hanya kalimat yang terucap, akan tetapi dia adalah hakekat yang memiliki konsekwensi, amanah yang mengandung tanggung jawab, jihad yang membutuhkan kesabaran dan kemampuan yang membutuhkan beban. Tidak cukup seseorang mengatakan kami beriman, lalu mereka dibiarkan segitu saja dengan pengakuannya itu, sampai mereka menghadapai ujian, di mana mereka kokoh menghadapinya lalu keluar dalam keadaan bersih jiwa-jiwa mereka dan suci qolbu-qolbu mereka. Sebagaimana api memurnikan emas, agar terpisahlah antara emas tersebut dengan unsur-unsur kotor yang menempel di atasnya – inilah makna asal kalimat bahasanya, kandungannya, renungannya dan hasilnya – demikian pula yang dilakukan fitnah terhadap qolbu. Ujian terhadap iman suatu pokok yang pasti dan sunnah yang berlaku menurut mizan Allah ”
4. Macam-macam Ibtila`.
a. Sesungguhnya Allah Al Haq - `Azza wa Jalla – memberikan penjelasan bahwa ibtila` ada dua macam : ibtila` (ujian) dengan keburukan dan ibtila` (ujian) dengan kebaikan. Allah Ta`ala berfirman :
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). (QS. 21:35)
Ibnu Abbas  berkata :
“Kami menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, keta`atan dan kemaksiatan serta petunjuk dan kesesatan”.
Saat menjelaskan kedua perbedaan tersebut, Sayyid Quthb rahimahullah berkata :
“Ibtila` dengan keburukan sudah difahami maksudnya, yaitu agar terungkap sejauh mana ketegaran orang yang diuji, sejauh mana kesabarannya menghadapi kesulitan, sejauh mana kepercayaannya kepada Rabnya dan harapannya kepada rahmat dariNya. Akan tetapi, ibtila` dengan kebaikan amat membutuhkan penjelasan…
Sesungguhnya ibtila` dengan kebaikan jauh lebih berat, sekalipun manusia berkhayal hal itu jauh lebih ringan dibandingkan ibtila` dengan keburukan. Mayoritas orang dapat bertahan saat diibtila` dengan keburukan, akan tetapi sangat sedikit mereka yang dapat bertahan diibtila` dengan kebaikan. Banyak orang sanggup bersabar saat diibtila` dengan penyakit dan kelemahan, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sanggup bersabar saat diibtila` dengan kesehatan dan kekuasaan…mereka harus mengekang dorongan kekuatan ……… Banyak sekali mereka yang sabar dalam kefaqiran dan kemiskinan, jiwa-jiwa merekapun tidak gelisah dan hina, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar dalam kekayaan dan kesenangan, harta benda yang menipu serta syahwat dan kerakusan yang menjerumuskan. Banyak sekali mereka yang sabar menanggung siksaan dan hukuman, tanpa rasa takut, serta sabar menanggung gertakan dan ancaman, tanpa rasa gentar, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar saat ditipu dengan kesenangan, jabatan, harta benda dan kemewahan. Banyak sekali mereka yang sabar menanggung derita dan luka, akan tetapi sedikit sekali mereka yang sabar menerima ketenangan dan kesenangan… “
“Jiwa yang mukmin adalah jiwa yang sabar dalam kesulitan dan tidak terjebak oleh kesenangan serta tetap menuju Allah dalam dua keadaan. Dia yakin bahwa kebaikan dan keburukan yang dia dapatkan semuanya dengan idzin Allah. Sesungguhnya Allah Ta`ala mendidik jiwa-jiwa dengan ujian kesulitan setelah ujian dengan kesenangan”.
b. Pembagian ibtila` dapat dimungkinkan dibagi menjadi dua macam lain ditinjau dari sudut sebab terjadinya dan unsur-unsur penyebabnya.
4 – b – 1. Ujian-ujian Dakwah
Yaitu kesulitan yang ditemui dalam medan dakwah dan para pengikutnya secara umum sebagai suatu hasil dari pertempuran antara wali-wali Ar Rahman dan hizbusy syaithon. Ujian dalam bentuk ini telah dikhabarkan oleh Allah Yang Maha Al Haq dalam beberapa ayatnya, seperti firman Allah Ta`ala :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَا أَخْبَارَكُمْ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kalian; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwal kalian. (QS. 47:31)
FirmanNya :
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا
Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta kalian dan diri-diri kalian. Dan (juga) kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati.. (QS. 3:186)
FirmanNya :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا
Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) (QS. 2:214)
Dan firmanNya tentang ashhabul ukhdud (bangsa parit) :
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلاَّ أَن يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang yang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, (QS. 85:8)
Ujian-ujian ini tampak sekali dalam realitas dengan berbagai bentuk ancaman dan ujian yang menimpa dakwah dan para pengikutnya. Di antara bentuk-bentuk tersebut adalah :
Pertama : Perang Informasi
Dimana musuh-musuh Allah menyebarkan informasi-informasi sesat tentang dakwah dan para da`i yang di balik itu semua bertujuan antara lain ;
- Mengotori sosok wali-wali Ar Rahman, khususnya bagi kalangan yang belum mengenalnya.
- Menakut-nakuti orang tentang mereka dan dakwah mereka.
- Mencegah orang untuk memberikan dukungan kepada mereka serta bertoleransi terhadap urusan-urusan mereka.
- Memberikan keraguan kepada manusia tentang kejujuran dakwah dan para da`i, serta menghilangkan kepercayaan terhadap mereka, di mana kemudian memusuhi mereka.
Hal ini ditambah oleh upaya mereka menyebarkan kebathilan mereka dengan mengubah fakta, mematikan prinsip, mengaburkan pemahaman dan meruntuhkan mizan/timbangan tentang perjalanan para pembesar Fir`aun yang berkata tentang Musa ;
أَتَذَرُ مُوسَى وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَءَالِهَتَكَ
…"Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta ilah-ilahmu"… (QS. 7:127)
Kedua : Ancaman Berbahaya.
Bahaya itupun bermacam-macam dan berbagai bentuk, seperti : penjara, Deportasi, Siksaan, boikot terhadap barang-barang pokok, bahkan sampai pada tingkat pembunuhan.
Ketiga : Imingan Harta dan Kedudukan.
Berapa banyak ujian dalam bentuk ini telah menghancurkan tali-tali pengikat para ulama yang mulanya mampu memberikan pertahanan saat mereka dihukum dengan senjata.
4 – b – 2. Ujian-ujian Individu.
Yaitu musibah yang menimpa seorang muslim berupa rasa duka, kegalauan, kesedihan, penyakit, kehilangan harta dunia yang kesemuanya tidak memiliki pengaruh terhadap musuh-musuh Allah.
Allah Al Haq `Azza wa Jalla mengisyaratkan ujian ini dengan firmanNya :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. (QS. 2:155)
Serta yang dijelaskan oleh Rasulullah  saat beliau bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : إِذَا ابْتُلِيْتُ عَبْدِيْ بِحَبِيْبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ عَنْهُمَا الجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah Ta`ala berfirman : Jika Aku menguji hambaKu dengan dua kecintaannya, lalu dia sabar, niscaya Aku akan mengganti keduanya dengan jannah”.
Ujian-ujian individu memiliki banyak bentuk, di antaranya :
Pertama : Kehilangan salah satu anggota badan, sebagaimana yang sudah kita ceritakan sebelumnya.
Kedua : Kehilangan anak-anak.
Imam Asy Syafi`i mentafsirkan firman Allah  : (وَالثَّمَرَاتِ/buah-buahan) dalam surat Al Baqoroh di atas dengan “kematian anak-anak, karena anak seseorang adalah buah hatinya”.
Di dalam riwayat yang shohih, Rasulullah  bersabda :
يَقُوْلُ تَعَالَى : مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِيْ جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلاَّ الجَنَّةُ
“Allah Ta`ala berfirman : Tidak ada balasan bagi hambaKu yang beriman saat Aku wafatkan orang tercintanya di dalam dunia kemudian dia bersabar kecuali baginya Jannah”.
Arti صَفِيَهُ menurut Ibnu Hajar adalah : “Kekasih terpilih, seperti anak, saudara dan setiap orang yang dicintai manusia”.
Ketiga : Kedukaan, kegelisahan dan kegalauan.
5. Hikmah, Buah dan Tujuan Ibtila`
Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia, tanpa ditentukan urusannya secara pasti. Allah  berfirman :
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَاْلأَرْضَ وَ مَا بَيْنَهُمَا لاَعِبِينَ {16} لَوْ أَرَدْنَآ أَن نَّتَّخِذَ لَهْوًا لاتَّخَذْنَاهُ مِن لَّدُنَّآ إِن كُنَّا فَاعِلِينَ
Dan tidaklah Kami ciptalan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan(isteri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian,(tentulah Kami telah melakukannya). (QS. 21: 16-17)
Karena itu, berbagai ujian tersebut mengandung berbagai hikmah yang agung dan hasil yang besar yang harus direnungkan dan dipikirkan oleh para da`i. Di bawah ini adalah sebagian dari hikmah dan buah dari berbagai ujian :
5-1. Menghapus berbagai kesalahan dan mengangkat beberapa derajat.
Ujian-ujian yang menimpa seorang yang beriman, lalu dia sabar menghadapinya merupakan salah satu sebab terhapusnya berbagai kesalahan, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman ;
وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) (QS. 3:141)
“artinya Disucikannya mereka dari berbagai dosa dengan ujian-ujian” Disebutkan oleh Ibnu Qoyyim dalam Zad Al Ma`ad, juz 3 halaman 223.
Dari Abu Sa`ied Al Khudri  dan Abu Hurairoh  bahwa Nabi  bersabda :

“Tidak ada satu musibahpun yang menimpa seorang muslim baik berupa rasa letih, rasa nyeri, duka cita, sedih, halangan dan kegalauan sampai-sampai duri yang menusuknya kecuali Allah pasti menghapuskan berbagai kesalahannya".
Beliau saw bersabda : "dari berbagai kesalahannya" dikarenakan ada sebagian dosa yang tidak dapat terhapus kecuali dengan taubat dan mengembalikan sesuatu kepada orang yang hak.

5-2. Mewujudkan sikap pengabdian kepada Allah di saat senang dan susah.
Ibnu Qoyyim rohimahulloh saat menceritakan hikmah-hikmah ujian berkata : "membuktikan ubudiyyah (pengabdian) wali-wali dan tentaraNya di saat lapang dan di saat sempit, dalam hal yang mereka sukai dan dalam hal yang mereka benci serta di saat mereka meraih kemenangan atau di saat musuh-musuh mereka menang. JIka mereka tetap kokoh dalam keta`atan dan pengabdian terhadap apa yang mereka sukai ataupun apa yang mereka tidak sukai, maka merekalah hamba-hambaNya yang hak, mereka bukanlah seperti orang-orang yang mengabdi kepada Allah dalam satu garis di saat senang saja, di saat nikmat atau bahagia".
5-3. Memilih Kaum mukiminin yang jujur dan menghinakan kaum propagandis dusta.
Di dalam berbagai ujian dapat dibedakan berbagai barisan dan setiap orang dapat tampak jelas hakekatnya, sebagaimana Allah swt berfirman ;
مَا كَانَ اللهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَآ أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, …(QS. 3:179)
Ibnu Qoyyim berkata ; "artinya Allah sekali-kali tidak membiarkan kalian dalam keadaan seperti yang kalian alami sekarang berupa tersamarnya kaum muslimin dengan kaum munafiqin, sehingga orang beriman dapat dibedakan dari orang munafiq sebagaimana Dia bedakan mereka dengan ujian di perang uhud".
Faedah : Atas dasar hal tersebut, maka pemilahan itu ada dua macam, pemilahan barisan dan pembersihan dosa.
5-4. Menghancurkan kaum kafirin.
Di dalam ujian-ujian yang menimpa kaum muslimin merupakan tanda kehancuran bagi orang kafir, mungkin dengan terbunuhnya mereka di tangan kaum muslimin atau disebabkan kesewenang-wenangan dan kedzaliman mereka dalam menyakiti kaum muslimin. Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla menyebutkan dengan firmanNya :
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ وَتِلْكَ اْلأَيَّامُ نُدَاوِلُهاَ بَيْنَ النَّاسِ
Jika kalian (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); …(QS. 3:140)
Kemudian Dia berfirman ;
وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. 3:141)

5-5. Berserah diri kepada Allah dengan taubat dan istighfar.
Ali rda berkata :
مَا نَزَلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَ مَا رُفِعَ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
"Ujian tidak turun kecuali disebabkan dosa. Dan ujian tidak akan diangkat kecuali dengan taubat".
5-6. Mendidik jiwa dan menempa kepribadian muslim.
Sayyid Quthb rahimahulloh berkata : "Ujian itu sebuah keharusan, agar sendi-sendi pemilik aqidah semakin keras dan kuat. Berbagai kesulitan membangkitkan daya kekuatan dan sumber kemampuan serta membuka berbagai jendela dan ruang yang terdapat di dalam qolbu dimana seorang mukmin tidak mengenal dirinya kecuali di bawah desakan kesulitan. Idealisme, keseimbangan dan wawasan yang tidak sah, tidak terketuk dan tidak lurus kecuali saat udara ujian yang dapat menghilangkan fatamorgana dari pandangan dan kekaratan dari qolbu". Maka harus ada pendidikan jiwa untuk bersikap mulia terhadap syahwat, sabar dalam berbagai musibah dan ujian, percaya kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya, selama apapun ujian itu dan sedahsyat apapun fitnah yang ada.
6. Unsur-unsur Pengokoh saat Ujian.
6-1 Shabar dan Latihan Bersabar.
Mendidik jiwa dalam kesabaran dan menyabarkannya dalam menanggung berbagai ujian merupakan sebab terbesar yang membantu kekokohan seorang mu`min di saat fitnah dan berbagai ujian. Karena itu, sabar adalah maqam wali dan kedudukan orang bertaqwa yang paling tinggi. Rosululloh saw bersabda :
مَنْ يَتَصَبَّرُ يُصَبِّرُهُ اللهُ وَ مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَ أَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
"Barangsiapa yang berusaha sabar, niscaya Allah memberinya kesabaran. Dia tidak memberikan satu pemberianpun kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada sabar".
JIka ada orang yang berkata : tetapi bagaimana aku menjadi orang yang sabar? Ibnu Qoyyim rahimahullah menjawab pertanyaan tersebut dengan ungkapannya : "Sabar terhadap ujian dapat muncul melalui sebab-sebab berikut :
Pertama : Mengetahui Balasan dan Pahalanya.
Kedua : Mengetahui Bahwa Ujian menghapus dan menghilangkan berbagai kesalahan.
Ketiga : Mengetahui Bahwa ujian itu akibat dosa-dosanya. Sebagaimana Allah  berfirman ;
وَمَآأَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, …(QS. 42:30)
Keempat : Dia mengetahui bahwa musibah datang bukan untuk menghancurkan dan membunuhnya, akan tetapi dia datang untuk menguji dan melatih kesabarannya, sehingga jelas apakah dia layak untuk berkhidmah, menjadi wali dan pendukungnya atau tidak?
Kelima : Dia mengetahui bahwa Allah cinta melihat hambaNya di saat senang dan susah serta saat nikmat dan ujian, agar dia berusaha menunjukkan pengabdiannya dalam seluruh keadaan”.

6-2 Menuju Allah dan Meminta Kekokohan dariNya.
Setiap kali seorang muslim mendekat kepada Rabnya, maka dialah orang yang paling banyak menerima rahmat Allah. Di antara rahmat Allah swt adalah dikokohkanNya orang-orang yang beriman, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Allah swt dalam firmanNya :
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dala kehidupan di dunia dan di akhirat;... (QS. 14:27)
Karena itu, di dalam banyak do`a nabi saw :
"Hai Rob yang membolak-balikkan qolbu, kokohkanlah qolbuku di atas agamaMu".
رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
…"Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir". (QS. 2:250)

6-3 Mengenal Tabi`at Perjalanan.
Sesungguhnya jalan ini adalah jalan panjang lagi berat, banyak rintangan dan sangat melelahkan. Maka dia sangat membutuhkan kekokohan jiwa dengan kesabaran yang anggun dan jiwa yang tabah…Dialah jalan menuju jannah yang tidak ada jalan lain kecuali jalan itu.
حُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ
"Jannah diliputi ketidaksukaan".
Jalan itu harus ditempuh dan harus tetap kokoh di atasnya bagi orang yang menghendaki tangga kebahagiaan.
6-4 Berdzikir (Mengingat) Allah .
Hal ini merupakan sebab terbesar meraih kekokohan di dalam kebenaran. Allah Ta`ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kalian beruntung. (QS. 8:45)
Dzikir kepada Allah merupakan sebab terbesar meraih ketentraman dan kesejahteraan yang menyebabkan jiwa kokoh dan istiqomah di dalam perintah Allah Azza wa Jalla.
Di antara dzikir teragung adalah membaca dan mentadabburi Al Qur`an. Sebagaimana Allah swt berfirman ;
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْءَانُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar). (QS. 25:32)
Al Qur`an adalah sumber kekokohan jiwa seorang mukmin, karena dialah yang memperkuat hubungannya dengan Allah, sehingga jiwa thuma`ninah, tentram dan kokoh.
6-5 Bergabung dengan Orang-orang Sholih
Jika seorang muslim bergabung dengan saudara-saudaranya, maka hal itu merupakan sebab terbesar kokohnya seseorang di saat ujian dan cobaan. Rasulullah saw bersabda :
إِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةِ
"Srigala hanya memangsa kambing yang menyempal dari kelompoknya".
Maka, dia wajib mengambil faedah dari berbagai pandangan yang dikemukakan saudara-saudaranya serta saling tolong-menolong dengan mereka. Sebagaimana Allah swt berfirman :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
…Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS. 5:2)

7. Contoh-contoh Ujian.
Ketujuh : Sebagian Sumber Bahasan.
1. Al Ibtila Wa Al Mihan Fi Ad Da`awat, Dr. Muhammad Abdul Qodir Abu Faris.

AAS(12/02/09)

0 komentar

Posting Komentar